Puisi Adalah Ekspresi, Dengan Beragam Sudut Pandangnya

( Riri Satria, Sastrawan, Penulis, Penyair Indonesia: Foto Dokumentasi 7detikcom)

Jawa Barat - 7detik.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasa terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi, dapat disimpulkan puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang dituangkan dengan menggunakan bahasa yang indah serta mengandung makna mendalam.

Puisi membantu seseorang mengekspresikan emosi dan perasaan yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata. Menulis puisi juga memungkinkan seseorang untuk memproses pengalaman traumatis dan meningkatkan keberanian dan keyakinan diri. Menulis puisi dapat membantu seseorang meredakan stres dan mengatasi kecemasan.

Apa tujuan puisi? Puisi dapat memiliki banyak tujuan berbeda. Bisa berupa ekspresi diri, gambaran keindahan dunia, bentuk hiburan, atau bahkan alat pengajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi atau sajak merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang artinya membangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair.

Seperti di ungkapkan oleh Riri Satria, yang akrab di sapa Bang Riri ini, penulis buku puisi, Winter In Paris, pada tahun 2017 lalu. Dan juga ketua Komunitas Jagat Sastra Milinea, pada 7detikcom.

"Puisi mampu menjadi alat untuk menggugah manusia memelihara sistem sosial yang baik, menjaga lingkungan hidup dengan baik, menjaga nilai-nilai kemanusiaan, dan sebagainya. Misalnya kumpulan puisi Rendra yang memotret pembangunan yang disajikan dengan puitis, menjadi salah satu alat kontrol sosial. Jadi bukan puisinya yang membuat perubahan sosial, namun puisi mampu menjadi trigger buat manusia sehingga melakukan hal-hal baik untuk perubahan sosial. Jadi peran puisi itu tidak langsung dalam perubahan sosial" Itu hakekat puisi menurut Riri. Senin Siang tadi (26/08/24)

Menurut saya, puisi tak hanya dibacakan di ruang pertemuan para penyair semata. Puisi tak boleh berhenti di ruang-ruang senyap yang tak bergaung ke mana-mana. Puisi harus sampai menggugah mereka di ruang diskusi ekonomi, bisnis, teknologi, energi, kedokteran, pertanian, lingkungan hidup, dan sebagainya. Puisi dan penyair harus punya wibawa jika berhadapan dengan ini semua.Kata Riri, menambahkan. 

Buat saya kita semua berproses, baik di dunia sains, penelitian, teknologi, ilmiah, ekonomi dan bisnis, serta dunia sastra seperti puisi, dan itu sangat alamiah dan manusiawi. Bahkan bidang yang berproses dalam diri kita bisa jadi tidak satu atau ada beberapa. Di kampus, saya sudah membimbing puluhan tesis S2 di bidang teknologi digital, namun soal perpusian, saya masih harus banyak belajar lagi. Tetap belajar dan belajar. Belajar itu membutuhkan growth mindset, terbuka menerima semua masukan atau hal-hal baru untuk kemajuan kita. Jauhkan dari sikap jumawa. Masih kata Riri, meneruskan.

"Nah, yang gawat itu kan baru bikin skripsi S1 tetapi lagaknya sudah kayak profesor, baru belajar satu dua jurus tetapi lagaknya sudah kayak pendekar sakti. Atau baru satu dua puisi muncul di antologi bersama, lagaknya sudah kayak penyair top. Belajar perlu kerendahan hati, bahkan saya juga belajar dari mahasiswa-mahasiswi saya, banyak hal-hal baru dan menarik saya peroleh dari mereka. Yuk, sama-sama berproses, dan kita nikmati proses itu. Berproses itu tak pernah berhenti, karena di atas langit pun masih ada langit yang lain, termasuk dalam berpuisi dan bersastra." Tandasnya, sambil tersenyum.

Pria yang santai di ajak diskusi, yang akrab di sapa Bang Riri ini, Sehari-harinya berkecimpung dalam dunia ekonomi dan transformasi digital, berprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Komisaris Utama PT. Integrasi Logistik Cipta Solusi/Pelindo Solusi Digital (sebuah prusahaan teknologi digital dalam grup Pelindo atau Pelabuhan Indonesia). Bahkan, dirinya juga seorang, Anggota Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), serta anggota dewan juri untuk Indonesia Digital Cultute Excellence Award sejak tahun 2021 sampai sekarang, Bahkan, dia pernah menjabat sebagai, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer UI 2011-2018.

(Raya )