7detik.com - Sastra Puisi
1/
NYANYIAN HUJAN DI SEPANJANG JALAN MAGELANG
Hujan kembali menabur benih rindu
Nyanyikan lagi kidung yang pernah terlantun untukku
Pada sebuah masa
Ketika meluruh di kotamu
Hujan bercerita
Merajut sekumpulan aksara
Ada kenangan
Mengusik
Memberontak
Satukan fragmen di sisa usia
Tak patah
Meski hanya sekedar mimpi
Bukan kenyataan
pada senja
lara menoreh luka
betapa
keinginan mencari separuh hati belumlah sirna
berharap masih ada kesempatan
meski tabir pemisah halangi jalan
Kau
Jangan sia-siakan hujan
Jangan lari dari kenangan
Jangan pungkiri kita pernah terbasahkan
Karena hujanlah yang menemani setiap pertemuan
sampai saat inipun aku masih bersama hujan
meniti hari
mengisi kekosongan hati
Kau
Tak usah membuang kenangan
Biarkan tetap menyala di keabadian
Jika nanti kau temui hujan
Ingatlah
Di sana ada aku
Menunggu
Merindu
Melewatkan waktu
Menulis puisi untukmu
GRINGSING, 06 Juli 2024
2/
PUISIMU MEMBUATKU GELISAH
Puisimu
Hanya berwujud kertas kosong
Polos
Tanpa coretan
Tapi melambangkan suasana hati yang begitu dalam
Seibarat penantian tak berujung pertemuan
Puisimu
Mewakili segenap resah yang tersimpan
Ingin mengucap
Tapi terhalang dinding keangkuhan
Ego tinggi yang justru membuat penantian tak berkesudahan
tak bisakah kau mulai dengan satu kata?
aku
sudah tak sabar menunggu
ingin merasakan sentuhan imaji liarmu
Puisimu
Tak juga sedikitpun tertuang
Sementara
Kertas kosong yang kau bawa telah menghitam
Apakah kau ragu dengan masa lalu?
Atau
Tak ada masa depan untuk menghakhiri penantian?
Aku lelah
Menunggumu menulis puisi ternyata hanya membuat gelisah
GRINGSING, 10 Oktober 2024
3/
IRONI SEBUAH KEINGINAN HATI
Penantian belum juga berakhir
Masih banyak jalan yang harus dilalui
Sementara,
Langkah semakin berat
Kerikil bertebaran
Menghadang
Menghalang
Memutus impian
Hingga terkadang muncul keraguan
Bukan memaksakan keinginan
Atau tutup mata pada kenyataan
Tapi karena ada perasaan berlebih
Kisah kita terlanjur menoreh kenangan
haruskah terpenggal?
Suasana hati yang mudah berubah
Ada kalanya membuat goyah
Beda pendapat juga sering menghadirkan resah
Tapi kita tetap kembali
Meski air mata sempat tertumpah
mungkinkah ujung titian masih jauh dari impian?
Menepi di keriuhan hari
Sosokmu berdiri
Menanti
Tersenyum
Lambaikan sebilah belati
Seketika langkahpun terhenti
Ada bimbang
Ada keinginan
Beradu ketetapan hati
haruskah terluka lagi?
GRINGSING, 04 Oktober 2024
Bio Narasi Edi S Febri:
Lahir di Batang Jawa Tengah pada 06 Februari, Edi S Febri mengawali hobby menulis sejak duduk di bangku SMP. Sampai saat ini telah ribuan puisi ditulis dan terangkum di ratusan buku Antologi Puisi Bersama serta satu Antologi Puisi Tunggal METAMORFOSIS (Anara 2021). Selain itu juga menulis cerpen dan saat ini sedang menyelesaikan novel Nyanyian Pucuk Cemara.
Permainan spasi, tata letak bait secara acak dan huruf miring menjadi ciri khas untuk memperkuat diksi. Saat ini Edi S Febri bekerja sebagai jurnalis.
Email : febriesf007@gmail.com
FB : Edi S Febri
IG : @febriesf